Lokasi
Pantai Senggigi terletak di sebelah barat laut Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Indonesia.
Cara Mencapai Daerah Ini
1. Dari Bali : Tiba di Pelabuhan Lembar, Anda bisa langsung menuju pantai Senggigi dengan menggunakan bis 3/4 atau mencarter mobil bersama penumpang lainnya.
2.Dari Jakarta dan kota besar lainnya; Tiba di bandara, Anda dapat menaiki taksi yang akan mengantar ke hotel dimana Anda menginap.
3. Dari Ampenan, Anda bisa menaiki Bemo yang tersedia mulai pukul 06.00 pagi hingga 06.30 PM untuk sekitar Rp. 1,500 jurusan Ampenan-Senggigi, atau Senggigi-Ampenan
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Asyhaduanlaailaaha illallaah,
Wa asyhadu anna Muhammadarrasuulullah.
Radhiitu billaahi robba,
Wa bil Islaami diina,
Wabimmuhammadinnabiyya wa rasuula
Ikrar Anggota
TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH
1. Setia menjalankan ibadah dengan ikhlas karena Allah semata
2. Mengabdi kepada Allah, berbakti kepada bangsa dan negara, serta membela keadilan dan kebenaran.
3. Menjauhkan diri dari segala perangai dan tingkah laku yang tercela.
4. Mencari perdamaian dan kasih sayang serta menjauhi perselisihan dan permusuhan.
5. Patuh dan taat kepada peraturan-peraturan serta percaya kepada kebijaksanaan pimpinan.
6. Dengan IMAN dan AKHLAQ saya menjadi kuat, tanpa IMAN dan AKHLAQ saya menjadi lemah.
Laa hawla wa laa kuwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzhiim
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan secara berturut-turut tentang : A) Kepemimpinan Orang Tua, B) Kematangan Diri dan C) Pengaruh Kepemimpinan Orang Tua Dalam Keluarga dengan Pembentukan Kematangan Diri Siswa.
A. Kepemimpinan Orang Tua
Dalam hal ini akan diuraikan secara berturut-turut tentang (1) pengertian kepemimpinan orang tua, (2) timbulnya kepemimpinan, dan (3) tipe dan ciri-ciri kepemimpinan orang tua.
1. Pengertian
Kepemimpinan orang tua terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan dan orang tua. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan masing-masing istilah tersebut akan digabung menjadi satu kesatuan.
1.1. Kepemimpinan
Buku psikologi sosial dijelaskan bahwa : “Kepemimpinan adalah keseluruhan dari keterampilan (skill) dan sikap (attitude) yang diperlukan oleh tugas pemimpin” (Gerungan, 1991:128). Sedangkan menurut Oday Tead seperti yang dikutip oleh Cahyono dalam buku Psikologi Kepemimpinan dijelaskan bahwa : “Kepemimpinan adalah merupakan kombinasi dari serangkaian perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong orang lain untuk menjelaskan tugas-tugas tertentu” (Cahyono, 1984:14) dari kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah keseluruhan dari keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh tugas perihal pemimpin atau arah memimpin yang merupakan kombinasi dari serangkaian perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong orang lain untuk menjalankan tugas-tugas tertentu.
(Dr. Kartini Kartono, 1979) Kepemimpinan ialah suatu bentuk dominasi yang didasari kemampuan pribadi yang mampu, sanggup mendorong atau mengajak orang berbuat sesuatu.
1.2. Orang Tua
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan yang dimaksud dengan orang tua adalah : “orang tua adalah ayah, ibu kandung, dam orang-orang yang dianggap tua” (Krisdalaksana, dkk, 706). Ahli lain mengatakan dalam bukunya Bimbingan keluarga dijelaskan bahwa “Orang tua adalah bapak/ibu yang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya” (Kartono, 1998:2). Dari kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan orang tua adalah ayah dan ibu kandung yang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya.
2. Timbulnya Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sentral dalam suatu kelompok, apakah kelompok dalam organisasi, partai, instansi maupun rumah tangga. Dalam suatu kelompok tersebut masing-masing individu memainkan perna masing-masing dan disinilah diperlukan suatu kepemimpinan yang dapat mengaturnya agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Sehubungan dengan hal ini dalam buku psikologi kepemimpinan dijelaskan bahwa : “Kepemimpinan timbul disebabkan olehtiga hal yaitu :
Baca Lagi Ya
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Bab ini akan diuraikan secara berturut-turut tentang : A) Latar Belakang Masalah, B) Rumusan Masalah, C) Tujuan Penelitian, D) Kegunaan Penelitian, E) Hipotesis Penelitian, F) Asumsi dan Keterbatasan Penelitian, G) Ruang Lingkup Penelitian dan H) Definisi Istilah atau Definisi Operasional Judul.
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar bagi pendidikan anak selanjutnya, atau dapat pula dikatakan bahwa keluarga merupakan peletak dasar bagi pendidikan yang pertama dan utama.
Dikatakan demikian karena segala pengetahuan, kecerdasan, intelektual, maupun minat anak diperoleh pertama-tama dari orang tua (keluarga) dan anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu orang tua harus menanamkan nilai-nilai yang sangat diperlukan bagi perkembangan kepribadian anak-anaknya, sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik pula, seperti tidak cepat marah, tidak cepat emosional mampu beradaptasi dan lain sebagainya.
Berdasarkan suatu pengamatan tidak semua orang tua (keluarga) dalam membimbing anaknya mempunyai suatu pandangan yang sama, tergantung pada bentuk-bentuk kepemimpinan yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga itu sendiri. Secara umum bentuk kepemimpinan orang tua dalam keluarga ada tiga macam yakni demokratis, otoriter dan liberal (laissez faire).
Dalam pelaksanaannya ketiga bentuk kepemimpinan orang tua tersebut memiliki khas/kecerdasan yang dapat memadai apakah kepentingan orang tua tersebut termasuk dalam bentuk kepemimpinan yang demokratis, otoriter ataukah liberal (faissez faire). Sesuai yang dikemukakan dalam buku menuju keluarga Sakinah (Salman, 2000 : 80-81). Bahwa ciri khas/kecenderungan dari masing-masing bentuk kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Kepemimpinan yang demokratis, orang tua menunjukkan perhatian dan kasih sayang, berperan serta dalam kegiatan anak, percaya pada anak, tidak terlalu banyak mengharap dari anak serta memberi dorongan dan nasehat kebijaksanaan pada anak
b) Kepemimpinan yang otoriter, dimana orang tua (keluarga) menuntut kepatuhan mutlak anak, pengawasan ketat terhadap anak dalam segala kegiatannya, memperhatikan hal-hal yang sepele dan banyak mengeritik anak.
c) Kepemimpinan yang liberal (faissez faire), orang tua tidak dapat mengendalikan anaknya, disiplin lemah dan tidak konsisten, anak dibiarkan mengikuti aturan-aturan di rumah serta anak dibiarkan mendominir orang tua (Salam, 2000 : 80-81).
Kepemimpinan orang tua tersebut di atas, tentunya akan membawa dampak yang berbeda-beda terhadap kematangan diri anak-anaknya. Dampak pola asuhan demokratis ini adalah anak memliki kepercayaan diri yang wajar, bersikap optimis, memiliki daya kreatif yang pada akhir berpengaruh positif terhadap kematangan diri anaknya, dampak pola asuhan ototiter ini adalah anak yang tidak aman, kurang percaya diri, mudah ragu dan putus asa, pasif dan tidak bisa berkembang. Sedangkan dampak pola asuh liberal ini anak masa bodoh, acuh ta’acuh, tidak menghargai orang lain serta tidak memperdulikan keadaan orang lain dan dampaknya tidak baik terhadap pembentukan kematangan diri anak. Oleh karena itu keluarga merupakan yang terdekat membesarkan, mendewasakan dan di dalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali. Orang tua memiliki perananan yang sangat penting dalam perkembangan anaknya.
Lingkungan sekolah misalnya siswa sering melakukan hal-hal yang tidak di ketahui oleh orang tuanya, di rumah seperti kurang hormat kepada guru,tidak mematuhi’mentaati peraturan sekolah, anak yang nakal,dan pergaulan siswa siswi sekarang yang sangat merisaukan pihak sekolah, orang tua dan sebagainya.
Karena itu tanggung jawab, perhatian orang tua sangat diperlukan agar dapat membantu anak dalam proses kematangan diri dan proses untuk bisa menemukan jati dirinya. Berdasarkan kenyataan inilah, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang :”Pengaruh Kepemimpinan Orang Tua dalam Keluarga Dengan Pembentukan kematangan Diri Siswa SMP Negeri 13 Mataram tahun pelajaran 2007/2008”
Baca Lagi Ya
SEJARAH KEILMUAN, KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN
PERGURUAN SENI BELA DIRI
TAPAK SUCI PUTERA MUAHHADIYAH
Diriwayatkan Oleh : Pendiri Perguruan Tapak Suci
H.M. Barie Irsjad, PBr Muhammad Rustam Djundab, PBr
Tahun 1925, diriwayatkan dari 2 orang kakak beradik A. Dimyati dan M. Wahib berguru kepada K.H. Busro di Binorong Banjarnegara. Bahwa K.H. Busro lebih menguasai ilmu kebatinan dari pada ilmu Kontho itu sendiri, sedang adiknya H. Burhan yang ilmu Konthonya lebih baik.
Menurut riwayat A. Dimyati dan M. Wahib belajar selama lima hari untuk menguasai 15 jurus, 5 Kembangan. Selanjutnya pulang ke Yogyakarta, yang kemudian diikuti oleh K.H. Busro dan H. Burhan. Dalam kesempatan inilah masyarakat dilingkungannya menyebut mereka sebagai Pendekar Pencak. Pendekar A. Dimyati sifatnya pendiam dan tertutup, sedang M Wahib sifatnya pemberani, terbuka dan kesatria. Karena sifat yang berbeda ini sering kali kedua kakak beradik ini bertengkar.
Pendekar K.H. Busro, menunjuk Pendekar A. Dimyati untuk berkelana kebarat sebagaimana yang pernah dijalani oleh Pendekar K.H. Busro. Sesuai dengan tradisi yang berlaku bahwa Pendekar A. Dimyati yang sudah mengangkat guru kepada K.H. Busro tidak boleh berguru kepada pencak lainnya, untuk itu dalam berkelana ini yang dilakukan adalah “adu kaweruh” (adu ilmu). Diriwayatkan bahwa Pendekar A. Dimyati berhasil menguasai ilmu Cikalong, Cimande, Cibarosa dalam hal ini adalah Debus.
Meskipun tidak berguru,akan tetapi dalam Silsilah Cikalong, Cimande nama A. Dimyati tertulis dalam Angkatan Tujuh.
Baca Lagi Ya